Rabu, 18 Januari 2017

~ Menuju Baik itu Baik ~

Sebenarnya bingung mau nulis apa
alhasil karena lagi pengen banget baca bukunya " Menuju baik itu baik karya Panji Ramdana "
inilah hasil searching-searchingnya via web http://nelyauliaa.blogspot.co.id/2016/07/melody-dalam-puisi.html

Banyak dari kita yang pandai dalam menyimpan sesuatu hal. Saking pandainya, kita kadang membohongi diri sendiri. Ketika seseorang bertanya pada kita, “Apa kamu mencintainya? Apa kamu merindukannya?” Dengan tenang kita menjawab “Tidak!” Sayang, lain di bibir lain di hati. “Malam ini aku rindu. Benar, aku benar-benar rindu. Merindukanmu adalah kebenaran yang tak menyenangkan. Tapi mencintaimu? Itu menenangkan.” .
(Dalam Buku "Menuju Baik itu Baik.")


"Aku mencintai kamu yang dengan sungguh-sungguh menghargai perasaanku. Aku berharap kau bukan seseorang yang pandai dalam kebimbangan. Aku membutuhkan kamu yang betul-betul siap dan yakin untuk hidup menua bersamaku. Karena cinta bukan tentang siapa yang telah ada, melainkan tentang siapa yang telah siap. Aku yakin, ketika hari yang ditetapkan-Nya datang. Kita kan dipertemukan pada pertemuan yang mempertemukan pula dua orang terkasih kita. Aku harap kamu segera menujuku, aku menunggu."

Panji Ramdana 2016


"Rencana Allah itu lebih indah dari apa yang kita bayangkan, dan inilah cara Allah melindungi dirimu. Berbaik sangkalah, meski saat ini kau tak tahu di mana dan kapan jodohmu mendekat, pernahkah sebelum kamu meminta untuk didekatkan dengan jodohmu kamu berpikir untuk mendekatkan diri kepada Allah terlebih dahulu? Jodoh itu rahasia Allah, sehebat apa kita setia, selama apa kita menunggu, sekeras apa kita bersabar, semua telah ditetapkan-Nya."
Panji Ramdana 2016


"Bersamamu, serupa menyelesaikan semua masalah yang ada. Seperti berada di tengah danau dan ditemani alunan suara indah dari yang terindah. Walaupun hanya dua detik kata-kata yang keluar dari mulutmu tentang aku. Ketika kita jauh, setiap dua detiknya aku akan selalu ingat. Bukan tidak mungkin, sebab saat aku di dekatmu, mulutku seakan terus menarik agar membentuk satu senyum simpul. Terimakasih untukmu, karenamu, masalah sebesar apa pun akan terasa lebih ringan. Karena bahumu membantu kesedihanku menjadi bahagiaku."
Panji Ramdana 2016


“Malam ini aku rindu. Benar, aku benar-benar rindu. Merindukanmu adalah kebenaran yang tak menyenangkan. Tapi mencintaimu? Itu menenangkan.” Bukan tidak mungkin, sebab saat aku di dekatmu, mulutku seakan terus menarik agar membentuk satu senyum simpul. Terimakasih untukmu, karenamu masalah sebesar apa pun akan terasa lebih ringan. Hanya saja, ingat satu hal. Apa pun yang berlebihan adalah tidak baik. Cinta? Tidak terkecuali. Cinta pada sesama lebih tepatnya. Cintailah seseorang sewajarnya saja. Tanpa kamu melupakan siapa yang telah menciptakan engkau. Dengan ingatan yang jangan sampai mengalahkan ingatanmu pada sang pencipta. Sudahi jika itu terjadi, atau kau sudahi cara mencintamu yang terlalu itu, dengan cinta yang sewajar-wajarnya cinta.
 (Dalam Buku “Menuju Baik itu Baik”) 


"Karena itu, aku hanya bisa mematung di sini. Memperhatikanmu dari kejauhan. Aku tidak ingin terlalu jauh dalam mencintaimu. Bukan aku tak berani. Aku berani dalam mencintaimu. Namun sekarang aku ingin menyembunyikan terlebih dahulu. Katakanlah aku hebat dalam menyembunyikan semuanya. Di depanmu aku mampu, tanpa ada setitik gumpalan kecemburuan. Tapi ketika aku di depanku sendiri, sulit untuk aku menyembunyikannya. Sudah kubilang, menjadi yang untukmu bukan tujuanku untuk sekarang. Aku ingin lebih dulu memantaskan untukmu dan juga untukku sendiri. Aku tidak ingin jika harus membuat kebaikan yang ada padamu sekarang itu berubah menjadi sebuah ketidakbaikan oleh karenaku. Aku ingin belajar, untuk menjadi yang kau dan aku cita-citakan. Yang terbaik. Untuk kita, dan agama kita.
(Dalam Buku "Menuju Baik itu Baik")


"Setiap angin yang berhembus dapat mengibarkan daun-daun lemah tak berdaya. Namun jika kokoh harapan kehidupan dari daun itu. Tak akan ada angin yang mampu membawanya. Serendah atau pun setinggi kedudukannya dari titik palung laut. Jadilah seseorang yang berani untuk keluar dari kondisi yang merogotimu itu. Teguhkan apa yang sebenarnya kamu butuhkan, bukan apa yang mereka butuhkan. Tak usah tergiur jika melihat kebutuhan orang lain. Karena kau hidup untuk bahagiamu, bukan selalu untuk kebahagiaan orang lain.
(Dalam Buku 'Menuju Baik Itu Baik')


"Berlarilah ketika hatimu telah yakin akan keputusanmu. Aku di sini selalu siap untuk membukakan pintu harapanmu. Sebab aku pun berharap, kau akan menemuiku. Kita saling berharap, dan berdo'a, semoga ridho dari-Nya akan datang tepat diwaktu yang tepat. Untuk kita."
(Dalam Cerpen 'Suara Bunga Lavender' dalam Buku 'Menuju Baik itu Baik')


"Kamu bisa menjadi apa yang kamu mau, selama kamu benar-benar tahu apa yang kamu mau. Cintailah apa yang telah kamu pilih. Dan semoga kita tidak salah jatuh dalam hal yang kita cintai."
Terkadang kita sering berpikir tentang apakah jalan yang telah kita pilih ini merupakan jalan yang benar-benar kita pilih? Apakah hal yang kita lakukan sekarang ini adalah hal yang benar-benar kita ingin lakukan? Impikanlah apa yang benar-benar kamu inginkan, sebab jika hal itu tidak kamu mimpikan sama sekali, maka akan sulit untuk mencapai hal itu.
Panji Ramdana 2016


Bukankah sebuah kecukupan jika kita bisa melihat senyum seseorang yang kita sukai? Dari balik senyumnya kita bisa mengetahui bagaimana begitu baik hati orang tersebut. Dan pernahkah dengan tanpa sadar kita ikut tersenyum jika melihatnya tersenyum? Tidak ada yang menyuruh bukan? Tidak pula ada yang memerintah, melainkan itu adalah kehendak hati kecilmu. Jangan kau tahan, jangan pula merasa malu jika senyummu kalah indah dengan senyumnya. Karena apa? Karena dengan atau tanpa sadar, pun ada seseorang yang lain yang dengan baik menjadikanmu sebagai alasannya untuk tersenyum. Kamu tersenyum untuknya, dan di sebelahmu ada seseorang yang tersenyum karenamu.”


"Seringkali aku bertanya pada diri sendiri, apakah kamu ditetapkan untukku atau tidak? Jika iya, kapan hari itu akan datang? Jika bukan, kapan jawaban tegas itu akan datang? Jika memang kamu adalah ketetapan yang tidak ditetapkan untuk menetap tetap untukku. Namun, kamu tetap adalah ketetapan terindah, dan akan selalu tetap begitu. Pada tiap detik yang hinggap, dalam kebersamaan langit temaram. Aku memandang penuh keyakinan, bahwa kamu adalah pilihanku. -cont ~(Dalam Buku “Menuju Baik itu Baik”) 


“Aku menyerah, lantas apa cara untuk tidak merindu, selain menemuimu? Jika tidak ada, biarkanlah aku menderita dalam keindahan. Teruntukmu yang kuingini tanpa mengingini aku kembali.”


"Seringkali aku bertanya pada diri sendiri, apakah kamu ditetapkan untukku atau tidak? Jika iya, kapan hari itu akan datang? Jika bukan, kapan jawaban tegas itu akan datang? Jika memang kamu adalah ketetapan yang tidak ditetapkan untuk menetap tetap untukku. Namun, kamu tetap adalah ketetapan terindah, dan akan selalu tetap begitu. Pada tiap detik yang hinggap, dalam kebersamaan langit temaram. Aku memandang penuh keyakinan, bahwa kamu adalah pilihanku. -cont ~(Dalam Buku “Menuju Baik itu Baik”) 


“Aku menyerah, lantas apa cara untuk tidak merindu, selain menemuimu? Jika tidak ada, biarkanlah aku menderita dalam keindahan. Teruntukmu yang kuingini tanpa mengingini aku kembali.”


“Sebab jodoh tidak akan tertukar, mungkin yang kita lakukan sekarang adalah sedang menjaga jodohnya orang lain. Karena itu, sudahilah hubungan tanpa ikatan itu. Bersabarlah dan ikhlaskanlah.”


Mencari yang terbaik itu mudah, semisal yang selalu kau lihat itu, semisal yang selalu kau tetapkan sebagai mimpimu itu. Namun hargailah, ketika di sampingmu ada seseorang yang dengan baik ingin menjadi baik untukmu.”